Selasa, 24 September 2013

Kasih Sayang Allah pada Yaumul Hisab

            Ketika Allah telah menegakkan Mizanul Amal (Timbangan Amal) pada hari perhitungan (Yaumul Hisab) kelak, ada seorang hamba yang amal kebaikannya tidak bisa melampaui amal kejelekan yang dikerjakannya, timbangan itu sejajar, karena itu ia tidak bisa masuk ke surga ataupun dimasukkan ke neraka. Maka Allah berfirman kepadanya, “Pergilah kamu kepada semua umat manusia, mungkin engkau akan menemukan seseorang yang mau memberikan satu kebaikan kepadamu, yang dengan satu kebaikan itu Aku akan memasukkan engkau ke surga!!”
            Orang itupun berjalan berkeliling ke seluruh penjuru makhsyar, menemui setiap orang untuk meminta satu kebaikan saja, tetapi ia tidak berhasil. Ketika ia menyampaikan maksudnya, ia selalu memperoleh jawaban yang hampir sama, “Saya takut kalau timbangan amal kebaikan saya kurang berat, saya masih sangat membutuhkan nilai kebaikan itu daripada anda!!”
            Memang, dalam suatu riwayat disebutkan bahwa pada yaumul hisab itu hampir setiap orang akan merasa menyesal. Bukan hanya orang-orang kafir atau orang muslim yang sedikit sekali berbuat kebaikan, tetapi orang-orang yang biasa berbuat kebaikan juga akan menyesal. Mereka ini menyesal mengapa ketika hidup di dunia tidak lebih banyak menyempatkan waktu untuk berbuat kebaikan. Karena di saat itu (yakni saat yaumul hisab), ia baru menyadari bahwa amal kebaikan sedikit saja yang dilakukan karena Allah, walau sekedar dua rakaat shalat sunnah, menghilangkan halangan (duri, kaca dll.) dari jalan karena bisa membahayakan orang lain, atau bahkan sekedar tersenyum pada tetangga atau orang-orang yang ditemuinya, ternyata pahalanya sangatlah besarnya. Itulah sebabnya pada saat itu hampir setiap orang akan mempertahankan amal kebaikan yang telah dilakukannya. Mereka berharap dengan kebaikannya itu mereka akan selamat dari huru hara dan fitnah pada yaumul hisab tersebut.
            Ketika orang itu telah melintasi lautan manusia dan hampir putus asa untuk memperoleh sekedar satu kebaikan yang kecil saja, ada seorang lelaki yang datang menghampiri dan berkata, “Apakah yang sedang engkau cari?”
            Orang itu menceritakan keadaanya di hadapan Allah, dan akhirnya berkata, “Saya telah menemui ribuan orang dari berbagai kaum, yang mereka itu memiliki beribu-ribu kebaikan, tetapi mereka semua bakhil terhadap saya, mereka tidak mau memberikan walau hanya satu kebaikan kecil saja!!”
            Lelaki itu tampak ikut bersedih mendengar cerita tersebut, tetapi kemudian ia berkata, “Saya telah bertemu dengan Allah, dan saya tidak menemukan amal kebaikan dalam lembaran amal saya kecuali hanya satu saja. Saya kira satu kebaikan itu tidak akan cukup untuk menjadi sebab masuk surga, karena itu ambillah kebaikan itu sebagai pemberianku kepadamu!!”
            Lelaki itu sangatlah gembira, setelah mengucap terima kasih ia segera kembali menghadap kepada Allah, yang menyambutnya dengan firman-Nya, “Bagaimana? Apa yang terjadi?”
            Lelaki itu berkata, “Saya telah gagal memperoleh satu kebaikan dari banyak orang yang memiliki ribuan bahkan jutaan kebaikan, tetapi ada seseorang yang hanya mempunyai satu kebaikan dan ia memberikannya kepada saya. Ia beranggapan bahwa satu kebaikannya itu tidak akan cukup untuk menyelamatkannya!!”
            Mendengar ceritanya itu, dan sungguh Allah lebih Maha Mengatahui tentang hal itu, maka Allah berfirman, “Kemuliaan-Ku lebih luas dari kemuliaan engkau dan dirinya. Karena itu pegang tangan saudaramu itu, dan ajaklah ia berangkat ke surga bersamamu!!”

Note:ksm76

Menuju ke Tempat Kematian

            Suatu ketika ada tamu yang mengetuk pintu rumah Nabi Sulaiman AS, maka beliau memerintahkan pembantunya untuk membukakan pintu. Begitu membuka pintu, tamu itu tampak menatap tajam kepada sang pembantu, dengan pandangan tajam yang menakutkan, bercampur dengan rasa keheranan. Begitu mempersilahkan masuk, sang pembantu tergopoh-gopoh menemui Nabi Sulaiman dan berkata, “Wahai Tuan, tamu Tuan sangat menakutkan dan tampaknya mengancam saya, karena itu tolonglah saya!!”
            “Bagaimana aku harus menolongmu?” Kata Nabi Sulaiman.
            “Bukankah Tuan menguasai angin? Perintahkanlah angin itu untuk membawa saya jauh dari tamu Tuan tersebut?”
            “Tempat mana yang engkau inginkan?”
            India!!” Kata sang pembantu.
            “Baiklah!!” Kata Nabi Sulaiman, dan beliau memerintahkan angin membawa pembantunya ke negeri India.
            Setelah urusan dengan pembantunya selesai, Nabi Sulaiman menemui sang tamu yang ternyata adalah Malaikat Maut (Izrail). Setelah saling mengucap salam, beliau berkata, “Wahai Izrail, apakah kunjunganmu ini untuk mencabut nyawaku atau sekedar berkunjung!!”
            “Waktumu belum tiba, wahai Sulaiman, aku hanya berkunjung ke sini!!”
            Beliau berkata lagi, “Mengapa engkau tadi memandang pembantuku dengan pandangan tajam dan mengancam!!”
            Izrail berkata, “Bukan mengancam, wahai Sulaiman, hanya saja aku heran, dalam beberapa saat ke depan aku harus mencabut nyawa orang itu (yakni, yang jadi pembantu Nabi Sulaiman), tetapi tempat kematiannya di negeri India. Tetapi mengapa saat ini ia masih di sini?”
            “Subkhanallah,“ Kata Nabi Sulaiman, “Karena rasa takutnya kepada engkau, ia meminta kepadaku agar memerintahkan angin membawanya ke negeri India, dan saat ini ia telah berada di sana!!”
            Setelah berbincang beberapa saat, Izrail berpamitan kepada Nabi Sulaiman karena waktunya telah tiba untuk mencabut nyawa pembantu beliau itu di India.
            Dalam riwayat lainnya disebutkan, orang itu bukanlah pembantu Nabi Sulaiman, tetapi salah punggawa atau bangsawan yang telah banyak berjasa pada kerajaan beliau. Setelah bertemu dengan Malaikat Izrail dalam bentuk manusia, ia merasa sangat ketakutan dan jiwanya terancam. Karena itu ia menemui Nabi Sulaiman dan meminta agar beliau memindahkan dirinya ke negeri India. Padahal justru di negeri India itulah tempat kematiannya sebagaimana tercatat di dalam Lauhul Makhfudz.
            Sungguh benarlah Firman Allah dalam QS Al Jumuah ayat 8, “Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".  

Note:tkoj30