Minggu, 01 April 2012

Murid yang Tidak Berterima Kasih

            Seorang yang sangat ahli tanding gulat, ia mempunyai tigaratus enampuluh lebih cara ‘kuncian’ untuk mengalahkan lawan-lawan tandingnya. Ia menjadi juara tak terkalahkan selama beberapa tahun lamanya. Ia mengajarkan kemampuannya kepada orang-orang yang memang mau belajar kepadanya, ia tidak pelit dengan ilmunya itu. Salah seorang muridnya mempunyai bakat yang sangat baik, dalam waktu sekejab saja sang murid telah menguasai berbagai keahliannya.
Dalam even-even pertandingan gulat yang dilakukan oleh kerajaan, sang guru ini tidak lagi mengikutinya dan mengirimkan muridnya yang sangat berbakat itu. Tidak membutuhkan waktu lama, sang murid telah menjadi sangat terkenal dan menjadi juara menggantikan kedudukan gurunya. Selama bertahun-tahun berikutnya, ia menjadi juara tak terkalahkan seperti halnya gurunya sebelumnya.
Sang murid tersebut memang seorang pemuda yang berbadan kekar dan tenaganya kuat sekali. Dengan didikan yang baik dan teknik-teknik yang diajarkan gurunya tersebut, makin lengkap saja kemampuannya. Sayangnya, ketika berada di puncak kepopuleran dan karirnya, sang murid ini menjadi sombong. Seperti kata pepatah : kacang yang lupa pada kulitnya, orang yang lupa pada asal-usulnya.
Ia memang tidak tinggal lagi belajar pada gurunya itu, tetapi orang-orang yang memujinya masih tidak pernah melupakan peran gurunya tersebut dalam mendidiknya, dan hal itu membuat ia tidak terima. Ia mengatakan bahwa berbagai kemampuan dan teknik itu memang telah dimilikinya sendiri sebelumnya. Bahkan dalam puncak kekurangan-ajarannya, ia berkata kepada sang Raja, “Wahai Raja, keunggulan guru dibandingkan dengan saya hanyalah karena umurnya dan haknya sebagai pelatih, yang telah mengajari saya. Dalam hal teknik dan seni saya telah menyamainya, bahkan saya melampauinya dalam hal kekuatan!!”
Sang guru hanya tersenyum ketika mendengar berita tentang perkataan muridnya tersebut. Ia tidak berkomentar, bahkan cenderung mengabaikan berita itu begitu saja. Ia memang seorang yang bijaksana, dan sejak muridnya itu belajar, ia telah memperkirakan hal seperti ini akan terjadi. Tampak dari watak dasar dari muridnya tersebut. Karena itu, sejak awal ia telah meninggalkan satu dua kuncian yang tidak diajarkan kepada muridnya tersebut.
Karena kesombongan anak muda itu makin menjadi-jadi, bahkan ia meremehkan gurunya itu, maka sang Raja memerintahkan untuk diadakan pertandingan antara keduanya. Didirikanlah panggung yang megah dan mengundang semua pembesar kerajaan, untuk menggelar pertandingan gulat tersebut.
Sang murid yang perkasa memasuki gelanggang laksana gajah yang buas, ia mendengus layaknya ingin merobohkan sebuah gunung dengan kekuatannya itu. Sementara sang guru, walau tampak tua dan lemah dibandingkan dengan muridnya tersebut, ia berdiri dengan tenang di tengah arena. Begitu dimulai, sang murid menyerang dengan garangnya, tetapi dengan sedikit gerakan sang guru bisa mengelakannya. Pada serangan ke dua, tampaknya sang murid mengerahkan segala kekuatan dan kemampuan tekniknya, kali ini sang guru, yang dengan mudah mengenali teknik serangan muridnya, bahkan mengenali kelemahannya, menghadang serangan tersebut. Dengan mudah ia mematahkan serangannya itu, dan kemudian melakukan kuncian yang selama ini tidak pernah diajarkannya kepada siapapun. Sang murid mengerahkan segala kekuatan untuk melepaskan diri, tetapi gagal juga. Makin kuat ia berontak, makin sakit saja rasanya kuncian yang dilakukan gurunya. Sampai suatu ketika, sang guru mengangkat tubuhnya dan membanting ke tanah dengan kerasnya sehingga seluruh kekuatannya seperti dilolosi dari sendi-sendinya. Ia berusaha bangkit, tetapi ternyata jatuh lagi, tidak kuat menyangga tubuhnya sendiri.
Penonton bersorak dengan gemuruh tanda gembira. Bagaimanapun mereka juga tidak senang dengan sikap sombong anak muda itu, bahkan hingga meremehkan sang guru. Raja bangkit dari tempat duduknya, menghampiri sang guru yang masih berdiri dengan tegapnya, walau dengan sikap merendah. Ia melepas jubah kehormatannya dan memakaikannya kepada sang guru, sambil berkata kepada anak muda yang tampak lemah tak berdaya, “Engkau menantang gurumu, menuntut diri lebih baik, tetapi engkau tidak bisa membuktikan ucapanmu!!”
Anak muda itu berkata, “Wahai raja yang berkuasa, itu bukan karena kekuatannya yang bisa melumpuhkan saya. Tetapi karena suatu ilmu rahasia yang saya belum pernah diajarkannya, dengan rahasia itulah ia mengalahkan saya!!”
Mendengar pengaduannya itu, sang guru berkata, “Dengan peringatan akan datangnya saat seperti ini, maka seorang bijaksana pernah berkata : Jangan berikan semua (rahasia) kekuatanmu kepada sahabatmu, karena jika ia berbalik menjadi musuhmu, maka kamu akan dikalahkan. Apakah engkau tidak pernah mendengar cerita itu, yakni seseorang yang dilukai sendiri oleh muridnya??”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar