Rabu, 29 Februari 2012

Karena Taat Kepada Ibunya

           Di masa Nabi Musa AS, ada seorang lelaki yang saleh dari kalangan Bani Israil. Ia mempunyai seorang istri dan anak yang masih kecil. Ketika ia sakit dan merasa waktu ajalnya telah dekat, ia membawa satu-satunya ternak yang dimilikinya, yakni seekor anak lembu (sapi) ke hutan, dan berdoa, “Ya Allah, aku titipkan anak lembu ini kepada-Mu untuk keperluan anakku jika ia telah dewasa!!”
            Setelah itu ia melepaskan anak lembu tersebut, yang segera saja lari ke dalam hutan. Lelaki itu menceritakan kepada istrinya tentang lembu tersebut, dan tidak lama berselang ia meninggal dunia. Anak lembu itu sendiri hidup secara liar di dalam hutan tanpa penggembala. Jika ada orang yang melihat dan menemukannya, lembu itu segera lari ke dalam hutan dan tidak pernah bisa ditemukan.
            Setelah menginjak remaja, anak itu menjadi seorang yang saleh seperti ayahnya dan sangat taat kepada ibunya. Waktu siang harinya digunakan untuk bekerja mencari kayu di hutan dan menjualnya di pasar. Uang hasil penjualannya itu dibagi tiga, sepertiga untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari, sepertiga diberikan kepada ibunya, dan sepertiga sisanya disedekahkan di jalan Allah. Waktu malam juga dibaginya menjadi tiga, sepertiga malam pertama untuk menjaga ibunya, sepertiga pertengahan untuk tidur (istirahat), dan sepertiga terakhir untuk beribadah kepada Allah hingga pagi menjelang.
            Suatu ketika Sang Ibu memanggil putranya tersebut dan berkata, “Wahai anakku, ayahmu meninggalkan warisan seekor anak lembu yang “dititipkan” kepada Allah di hutan. Pergilah engkau ke dalam hutan, dan berdoalah kepada Allah, Tuhannya Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq dan Ya’kub, agar Dia “mengembalikan” titipan ayahmu tersebut kepadamu. Tandanya, anak lembu itu berwarna kuning, jika tertimpa cahaya matahari akan berkilau laksana emas.”
            Anak itu segera pergi ke hutan memenuhi perintah ibunya. Ketika ia melihat seekor lembu berwarna kuning, yang tentunya telah menjadi lembu dewasa yang besar sedang makan rumput,  ia segera berdoa kepada Allah seperti diajarkan ibunya. Usai berdoa, ia berkata kepada lembu itu, “Wahai lembu, aku panggil engkau demi Tuhannya Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq dan Ya’kub, segeralah engkau datang kemari!!”
            Lembu itu segera berlari mendekatinya dan berdiri tegak di hadapannya. Pemuda itu memegang lehernya dan menuntunnya pulang. Tanpa disangka-sangka, dengan ijin Allah, sang lembu berbicara kepadanya, “Wahai anak muda yang taat kepada ibumu, naiklah engkau ke atas punggungku agar meringankan beban perjalananmu!!”
            Walau sempat terkejut dengan berbicaranya lembu itu, ia berkata, “Ibuku tidak menyuruhku untuk mengendaraimu, tetapi beliau menyuruhku untuk memegang lehermu menuntun pulang ke rumah ibuku!!”
            Sang lembu berkata lagi, “Demi Tuhannya Bani Israil, jika engkau bermaksud mengendaraiku, tentu engkau takkan bisa melakukannya (karena ibumu tidak memerintahkan seperti itu). Wahai anak muda, seandainya engkau memerintahkan bukit itu untuk berpindah, tentulah bukit itu akan pindah, semua itu karena taat dan baktimu kepada ibumu!!”
            Pemuda itu tidak menanggapi pujian sang lembu tersebut, dan terus menuntunnya pulang dan menyerahkan kepada ibunya. Sang ibu berkata, “Hai anakku, engkau miskin, dan tidak memiliki harta apapun. Berat bagimu untuk mencari kayu di hutan setiap harinya, dan tetap menjalankan shalat di malam harinya. Karena itu juallah lembu ini di pasar…!!”
            “Berapa harus saya jual lembu ini, wahai ibu?” Tanya sang pemuda.
            “Tiga dinar, dan jika tidak sejumlah itu, janganlah dijual sebelum bermusyawarah denganku!!” Kata ibunya.
            Tiga dinar adalah harga yang wajar untuk seekor lembu pada saat itu. Pemuda itu menuntun lembunya ke pasar, tetapi sebelum sampai di sana, ada seeorang yang mencegat langkahnya dan berkata, “Berapakah engkau akan menjual lembu ini!”
            “Tiga dinar!!”
            Lelaki itu berkata, “Lembu ini sangat bagus, biarlah aku membelinya seharga enam dinar!!” 
            “Ibuku memerintahkan menjualnya seharga tiga dinar, jika engkau ingin membayarnya enam dinar, aku harus meminta ridha ibuku dahulu!!” Kata pemuda itu.
            “Tidak usahlah meminta ridha ibumu, bukankah itu sudah melebihi harga yang diinginkannya?”
            “Andaikata engkau membeli dengan uang emas seberat lembu ini, aku tidak bisa menerimanya jika ibuku belum meridhainya. Biarlah aku pulang dahulu untuk meminta ridha beliau!!” Kata sang pemuda.
            Ia pulang lagi dan menceritakan kepada ibunya apa yang dialaminya dengan orang yang ingin membeli lembu tersebut. Sang ibu berkata, “Baiklah kalau begitu, juallah lembu ini seharga enam dinar.”
            Sang pemuda kembali menuntun lembunya ke pasar. Sebelum ia sampai di sana, lelaki yang tadi itu telah menunggunya, dan berkata, “Lembu milikmu itu semakin menarik saja, biarlah aku membayarnya seharga duabelas dinar, dan engkau tidak perlu pulang-balik lagi kepada ibumu!!”
            Pemuda itu berkata, “Ibuku telah ridha dengan harga enam dinar, jadi bayarlah dengan seharga itu!!”
            “Tidak bisa,” Kata lelaki itu, “Tidak sepantasnya jika kubayar seharga enam dinar, aku berbuat dholim jika tidak membayar seharga duabelas dinar…!!”
            Pemuda itu berkata, “Kalau begitu, biarlah aku pulang dahulu untuk meminta ridha ibuku!!”
          Pemuda itu kembali lagi kepada ibunya dan menceritakan apa yang dialaminya dengan lelaki tersebut. Mendengar penjelasan anaknya itu, sang ibu berkata, “Yang datang kepadamu itu adalah malaikat yang ingin mengujimu. Jika engkau bertemu lagi dengannya, tanyakan kepadanya, apakah lembu ini boleh dijual?”
            Ketika sang pemuda kembali ke pasar dan bertemu dengan lelaki itu, yang tak lain adalah malaikat, sang pemuda menyampaikan pertanyaan ibunya. Sang malaikat berkata, “Sungguh aku diperintahkan Allah untuk memberitahukan, agar kalian mempertahankan lembu itu. Suatu saat nanti akan terjadi pembunuhan di kalangan Bani Israil, dan Nabi Musa bin Imran akan membutuhkan lembu ini. Jika mereka datang untuk membelinya, janganlah dilepaskan (dijual) kecuali dengan harga emas seberat timbangan lembu itu…!!”
            Begitulah, ketika terjadi peristiwa pembunuhan misterius di kalangan Bani Israil, dan Nabi Musa AS, atas perintah dari Allah SWT, mensyaratkan menyembelih seekor lembu dengan spesifikasi tertentu, sebagaimana diabadikan dalam QS Al Baqarah 67-73, lembu tersebut dibeli Bani Israil dengan harga yang dipesankan malaikat tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar